21.6.14

Wahai Mimpi Raksasa

merebahkan badan di katil,
melelapkan mata,
"hai raksasa"
tersentap dengan panggilan itu,
suaranya amat raksasa kenal,
membuka mata,
dengan wajah tersenyum manis,
betul ke itu puteri?,
puteri yang raksasa rindu ada di depan mata?
betul ke itu puteri?
berulang kali persoalan bermain di minda,
puteri sihat?puteri kemana menghilang?
raksasa sihat, raksasa sekarang dah gemuk sikit,
macam yang puteri nak,
raksasa sekarang dah boleh main alat muzik macam puteri,
raksasa sekarang dah kurang menangis,
raksasa dah kuat,
raksasa lebih penyabar, orang sabar dapat lebih kan?,
tengok ni puteri,
raksasa simpan lagi gambar kita,
kat sini, kat situ pun ada,
raksasa rindu nak bercakap dengan puteri,

puteri,
kemana puteri menghilang....
bila puteri hilangkan diri dulu,
raksasa sembunyikan diri,
tak mahu bergaul dengan sesiapa pun,
raksasa lemah,
raksasa tak ada pendorong,
puteri dulu banyak bantu raksasa,
tahu kalau raksasa sedih,
tahu bila raksasa dalam masalah,
tapi sekarang puteri dah balik,
lama raksasa tunggu puteri,
hampir dua tahun puteri,
jangan tinggalkan raksasa lagi ya?.

puteri hanya tersenyum,
jelas kegembiraan mendengar suara raksasa
"raksasa, maafkan puteri, maafkan puteri."
"jangan menagis lagi ya raksasa, puteri minta maaf"
lama kelamaan wajah puteri yang jelas di depan raksasa,
pudar,
yang tinggal hanya kegelapan,
bila raksasa membuka mata,
raksasa sangkaan itu puteri sebenar,
rupanya hanya mimpi,

wahai mimpi,
kenapa engkau datang memberi harapan,
sedangkan realitinya perit untuk ditahan,
kau sengaja memberi kemanisan,
tapi sebenarnya kaulah racun yang berbisa,
sudahlah mimpi,
pergilah,

pergilah bersama puteri,
:(

No comments:

Post a Comment